Your Lucky Number

Sunday, June 13, 2010

Reborn


Boleh aku pinjam bahumu sekali lagi? Biar aku bersandar di sana. Lalu kita abaikan waktu, hingga kesedihan ini mengalir, sejenak. Atau mungkin akan lama. Setidaknya sampai aku benar-benar yakin kalau airmata ini sudah kering. Terkuras habis. Supaya kelak, jika aku ingat kau, aku takkan menangis lagi. Karena sungguh aku teramat letih menangisimu. Menangisi kehilangan. Yang sebenarnya, kau tak pernah hilang. Dan bukankah dulu kau bilang kau tak suka aku begini, menangisimu seperti ini? Lalu mengapa kau tak datang saja padaku dan pinjamkan bahumu sekali lagi? Biar aku bersandar di sana. Lalu kita abaikan waktu, hingga kesedihan ini mengalir, sejenak. Atau mungkin akan lama…

Saturday, May 22, 2010

Kreasi Dini Hari

Mengapa harus malam???
Karena siang terlalu rakus menggerogoti imajinasi saya. Ide-ide saya terkapar. Dan malam yang memberinya nyawa. Malam dan hening. Menghipnotis lidah saya untuk ikut bisu bersamanya. Kelu dan tak bisa menyulam kata. Dan saat inilah jemari saya semakin liar memainkan pena. Menumpahkan rasa. Melukiskan sederet tragedi dari setiap inci histori. Realita, dibubuhi sedikit opini dan dramatisasi. Terangkai menjadi sebuah kreasi dari kerja keras rangkaian sistem persarafan. Dan goresan tinta lah yang kemudian akan menjadi juru bicara saya saat ini. Nanti. Dan mungkin seterusnya akan selalu begini. Bukan sebuah mahakarya, memang. Namun setidaknya inilah pencitraan diri. Tidak hanya sekedar basa basi atau bahkan nina bobo menjelang tidur. Dan yaaaaa… inilah saya! Yang masih terlalu muda dalam rotasi waktu yang merenta. Yang semakin memudar. Dan perlahan mati...

Thursday, May 20, 2010

Entahlah, mungkin tanpa kopi...

2:58 AM
Ini entah masih malam atau sudah pagi, atau di antara malam dan pagi, atau mungkin malam yang menuju pagi. Entahlah. Sungguh sama sekali saya tidak peduli! Yang saya tau, hampir setiap malam saya begini. Entah karena terpaksa atau mungkin karena memang sudah terbiasa. Dan saya tidak butuh kopi untuk ini. Saya tidak butuh apa pun. Saya hanya butuh ketenangan. Dan saat seperti sekaranglah saya merasa dunia begitu tenang. Tenang sekali sampai-sampai saya bisa mendengar namamu dan segala ingatan tentang kamu menggema dan berputar-putar di kepala saya. Semakin lama semakin jelas. Semakin lama, semakin lama, semakin lama, dan selama itu saya terhanyut dalam masa lalu. Entah apa lah namanya masa itu. Saya lupa. Atau mungkin saya tengah mencoba melupakan, lebih tepatnya. Dan semakin lama, semakin lama, semakin lama, dan selama itu jujur saya sangat tersiksa. Sesekali terbersit di pikiran saya kalau saja saya bisa kembali dan... Aaaaarrrgh, sudahlah! Saya terlalu letih untuk berandai-andai lagi. Lagi. Lagi. Lagi. Dan selalu seperti itu. Dan apa? Karena akhirnya pun saya, kaki saya, serta tubuh saya tidak bisa berkompromi untuk berbalik dan menapak lagi di masa yang saya lupa apa namanya itu. Karena memang sudah mutlak, masing-masing, apapun itu, tidak akan ada yang bisa diulang. Entahlah kalau itu seperti de javu karena sampai saat ini pun saya tidak paham bagaimana cara kerja otak manusia. Otak manusia, seperti halnya otak saya sendiri. Yang saya tau semuanya berjalan ke depan. Pasti seperti itu. Demikian juga dengan apa yang berlangsung saat ini. Tidak akan selamanya tenang seperti ini karena hari tidak selalu malam. Nanti pasti ada pagi. Sebantar lagi dan itu pasti. Dan saya, di sini, masih terjaga menunggu pergantian hari, menanti dan menyaksikan detik demi detik peristiwa yang terjadi, tersadar atau bahkan nyaris hilang kendali, dan itu masih tanpa kopi...
3:23 AM